Dear,
Saat itu aku sedang menginap di rumah Utari, teman sekelasku. Kebetulan saat itu juga, aku punya pemuja rahasia namanya Badi. Katanya dia satu desa dengan Utari. Suatu hari aku bertemu dengan seorang pemuda di angkutan desa, yang ternyata dialah Badi.
Hari itu juga aku pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku meng-sms dia. Ternyata memang betul itu dia. Aku setengah tak percaya. Apa mungkin dia yang selama ini ada dalam tiap gambarku? Sebab dia mirip sekali dengan cowok yang selalu aku gambar.
Kusingkirkan cepat-cepat angan-angan bodohku itu. Namun, Badi malah makin sering smsan denganku dan meminta untuk ketemuan. Mula-mula aku menolak. Eh, saat aku bermain di warnet Cyber sendirian, dia dating dan langsung mengenaliku.Sejak saat itu kami sering ketemuan. Padahal waktu itu aku sedang ada ujian kenaikan kelas. Tapi aku enjoy aja ketemuan sama dia.
Tanggal 9 pun tiba. Tepatnya 9 Juni 2009. Aku dan Badi sudah cape jalan kaki. Akhirnya aku mengajaknya ke kafe kesukaanku sambil ngobrol-ngobrol. Sesaat sebelum kami berjalan menuju kafe, dia bertanya, “ Apa kamu nggak malu jalan sama aku?”
Aku pun menjawab seadanya, “Untuk apa malu? Toh kamu nggak salah apapun sama aku.”
Tibalah kami di kafe itu sekitar pukul 15.45 wib. Matahari sudah mulai tergelincir. Namun kami masih kecapekan untuk pulang ke rumah. Akupun memesan 2 buah milkshake coklat. Aku mengusir lelahku dengan menulis puisi. Aku sisipkan tanggal disitu. 9/6/09. Sambil bercanda-bercanda, aku pun ingat perkataannya di telepon tadi.
“Eh, tadi pagi kamu bilang apa? Nggak jelas tau. Aku buru-buru mandi sih”
“Apa ya…??”, dia malah melemparkan pertanyaan lagi padaku.
Aku berulang kali menyodorkan pertanyaan itu padanya karena aku penasaran banget dengan apa yang dia ucapkan tadi pagi. Tiba-tiba dia menyengkeram tanganku sambil meledek, “Siapa yang bilang nggak ada yang saying sama kamu?”
Karena aku geli, aku berusaha melepas tangannya dari tanganku. Tapi tangannya terlalu kuat. “Kata kamu di telpon tadi pagi, nggak ada yang saying sama aku?”
Dia menjawab sambil menatapku, “Kata siapa? Aku sayang kok sama kamu.”
DEG. Apa yang dia ucapkan barusan? Karena aku kurang yakin, aku bertanya lagi padanya. “Apa kau bilang?”
“Ya. Aku sayang kamu. Kamu mau nggak jadi pacarku?” dia mengatakannya sambil mencium tanganku. Dengan tersipu malu aku mengangguk dan menjawab,”Ya, aku mau.” Dan mulai saat itulah kami pacaran.
Nggak nyangka sekarang sudah tanggal 9 Juni 2010. Setahun Tepat kita jadian. Sejak saat jadian sampai sekarang aku panggil dia Rio. Rio adalah panggilan kesayanganku padanya. Setahun ini penuh warna bersamanya. Aku sangat bahagia bisa bersamanya dan aku berharap aku bisa diterima di keluarganya.
Ternyata harapanku salah besar! Meleset! Aku di tolak mentah-mentah oleh ibunya. Tanpa alas an. Ibunya bilang padanya untuk putus dari aku dan konsen untuk ujian. Karena memang Rio sekarang sudah kelas 3 SMK jurusan PE. Berat hati aku nurut saja untuk putus dengan Rio. Padahal aku masih sangat mencintainya.
Tak ada 3 hari setelah aku putus, aku dengar kabar dari teman-temanku bahwa Rio sudah punya pacar lagi. Anak itu cewek siswa ajaran baru 2010. Dan teman-teman bilang, mereka udah jalan sejak seminggu lalu. Sontak aku menangis sejadi-jadinya. Cowok polos yang kukenal , sekarang sudah begini. Katanya mereka hanya sementara sampai Rio lulus. Namun selang beberapa jam kemudian aku kembali meneleponnya dan dia bilang,”Entahlah kalo emang tahan kurang dari setahun. Tapi kalo lebih ya jalanin aja.”
Aku mendadak lunglai. Aku hanya bisa menangis dan menghapus airmataku. Perih.. Miris hatiku. Janji dia akan setia padaku tiada nyatanya. Aku tak habis pikir, kurang apa diriku? Sambil menangis di pangkuan ibu, aku berusaha lupa. Namun hingga saat ini pun aku masih belum tidur dan aku hanya bisa menangis.
Malang nian nasibku. Ditinggal begitu saja oleh sang kekasih setelah aku pindah ke Semarang. Malang nian aku… kenapa aku bodoh begini…
My dear,
Isbandrio Abadi
Bu Sudini
Pak Iswadi
Mas Iswahyu Afandi
2 komentar:
blogwalking..salam knal :)
ok sama"
Posting Komentar